Pada 10-13 Mei 2019, Yayasan Pendidikan Budaya Mentawai telah mendelegasikan salah satu perwakilan yayasan untuk mengikuti acara Festival Filem yang diadakan di Bali. Bali International Indigenous Film Festival (BIIFF)
Salah satu perwakilan yang mengikuti acara ini adalah Martison Siritoitet. Dalam organisasi yayasan, Martison merupakan pemuda Mentawai yang bersemangat membantu yayasan dalam bidangnya sebagai Divisi Media & ICT.
BIIFF merupakan acara festival film yang di inisiasi oleh Emmanuela Shinta Founder Ranuwelum Foundation dan David Metcalf sebagai partner individual. Dalam acara ini dihadiri oleh 25 director film dari 14 Negara dan menampilkan kurang lebih 40 film dokumenter dari masing-masing produksi director film. Acara malam pembukaan diadakan di Njana Tilem Museum pada tanggal 10 Mei dan acara berikutnya diadakan di Paradiso Ubud tanggal 11-13 Mei 2019.
Selain menampilkan film, dalam acara ini juga diadakan Focus Group Discucion (FGD). FGD membahas tentang peningkatan dan solusi dalam mendukung para pembuat filem pribumi (Indigenous Filmaker). Ini termasuk rencana kedepan, target, dan bagaimana pendanan dalam pelaksanaan pembuatan film.
Sebagai filmmaker pemula, Martison menjelaskan bahwa dengan diadakannya BIIFF dapat memotivasi para filmmaker pribumi untuk terus berkarya dan mengangkat suara masyarakat adat yang belum atau tidak terdengar untuk ditampilkan dalam pagelaran dan ferival kebudayaan.
“saat ini, banyak asumsi-asumsi masyarakat baik dariluar, maupun orang Mentawai sendiri, bahwa mempelajari budaya Mentawai merupakan suatu kemunduran dan lebih miris lagi dikatakan mempelajari nilai-nilai budaya adalah kembali menjadi orang kuno dan ketertinggalan. Saat ini mungkin masyarakat ketika mendengar Mentawai mereka berfikir tentang Sikerei yang hanya berpakaian cawat, tarian yang menyerupai Monyet, dan ritual-ritual sakral. Sementara berbicara tentang budaya didalamnya lebih dari pada itu. Berbicara tentang budaya termasuk pembangunan karakter, keadilan, sosial, kemanusiaan, bahasa, etika dan nilai nilai luhur kita. Namun saya juga tidak menyalahkan stigma dan asumsi seperti itu, karena menurut saya, itu terjadi karena kurangnya pemahaman pada generasi muda dan kurangnya informasi tentang nilai-nilai budaya Mentawai. Inilah membuat saya merasa termotivasi, terdorong secara pelan-pelan ingin mengubah pandangan masyarakat bahwa melestarikan budaya adalah melindungi generasi ditahun-tahun mendatang. Ini yang harus kita jaga dan bersuara melalui film-film kebudayaan adalah suatu langkah yang penting dan setidaknya meminimalisir resiko kedepan.” ungkap Martison
Berikut ini pernyataan dan perjalanan Martison menuju BIIFF:
Bagaimana anda dapat menghadiri BIIFF?
Saya dibantu oleh seorang teman Rob Henry yang merupakan founder dari Indigenous Education Foundation mitra dari yayasan kami. Dia memberi saya informasi acara BIIFF yang diakan di Bali dan dia juga membantu seluruh biaya perjalanan saya hingga berada di Bali. Rob Sendiri merupakan filmaker Australia yang menjadi mentor dan mengajari saya tenang pembuatan film film pendek kebudayaan.
Sudah berapa lama anda berkecimpung menjadi seorang Filmmaker ?
Saya baru belajar mambuat video dokumenter pendek tiga bulan yang lalu dan dapat dipastikan saya belum sempurna dan profesional dalam hal ini. Namun saya meyakini satu atau dua langkah akan menjadi momentum menuju langkah-langkah berikutnya, walaupun dengan kemampuan dan peralatan yang seadanya.
Apa dampak atau manfaat yang anda rasakan menghadiri BIIFF?
Menghadiri acara BIIFF adalah suatu pengalaman terbesar bagi saya. Sangat banyak manfaat yang saya rasakan dalam menghadiri event ini, saya bisa bertemu dengan para indigenous filmmaker baik dalam maupun luar negeri. Acara BIIFF juga dapat mempersatukan para pejuang dan aktivis masyarakat adat untuk bekerjasama dalam menyuarakan suara masyarakat adat kita.
Apa harapan anda setelah menghadiri BIIFF?
Saya berharap dengan di adakannya BIIFF para aktivis dan para pembuat film dapat melanjutkan kerjasama dan saling mendukung dapat dalam memperjuangkan persoalan masyarakat adat dan komunitas masyarakat rentan. Kegiatan festival kebudayaan seperti ini juga baik diadakan menjadi ajang acara tahunan sehingga banyak generasi muda lainnya terlibat dimasa depan.
Apa perasaan anda menghadiri BIIFF?
Saya sangat bangga mengadiri BIIFF dapat bertemu dan belajar dengan filmmaker dunia, terlebih dari semua itu saya lebih bangga datang sebagai masyarakat adat Mentawai dan berbagi tentang nilai dan kebudayaan Mentawai.